Khamis, 30 April 2009

HUKUM ORANG KAFIR MEMBACA AL-QURAN

1. Syeikh Muhammad al-Khatib al-Syarbini menjelaskan:"Adapun orang kafir, maka dia tidak ditegah daripada membaca al-Quran, kerana dia tidak beriktikad tentang haramnya perbuatan demikian, sebagaimana kata al-Mawardi" (Mughni al-Muhtaj, jilid 1 halam 72)

2. Pengarang kitab I'ana al-Talibin telah memetik keterangan dari kitab Busyra al-Karim seperti berikut:"maka tidak ditegah orang kafir daripada membaca al-Quran, jika dia tidak bersikap menentang dan diharap dia akan memeluk islam" (I'anah al-Talibin, jilid 1 halaman 85)

3. Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari berkata:"dan hanyasanya ditegah kafir daripada menyentuh mashaf kerana haram menyentuh dia itu terlebih muakkad dengan dalil haram menanggung dia serta hadas dan haram menyentuh ia dengan najis bersalahan dengan membaca Quran kerana harus membaca dia serta hadas dan harus membaca dengan mulut yang kena najis" (Sabil al-Muhtadin, jilid 1, halaman 112)

4. Syeikh Daud al-Fatani berkata:"dan keluar dengan kata muslim orang kafir maka jangan ditegahkan dia daripada membaca Quran kerana tiada iktikad akan haramnya tetapi jika kita harap akan islamnya" (Bughyah al-Tullab, jilid 1, halaman 49) Pada akhir tahun ke-6 Hijrah (628 M),

5. Nabi saw telah menulis dan mengirim surat kepada para kepala suku dan raja di tanah Arab dan sekitarnya. Misalnya, kepada Kaisar Byzantium, Amir Bashra, penguasa Damaskus (Al-Kharits bin Abi Syamr), penguasa Mesir (Muqauqis), Raja Habasyah (Negus/Najasyi), penguasa Persia (Kisra), penguasa Bahrain (Al-Mundzir bin Sawi), penguasa Oman, dan lain-lain.
Nabi saw menulis surat diawali dengan bacaan bismillahi ar-rahman ar-rahim diikuti dengan kalimat ajakan supaya masuk agama Islam. Nabi saw juga menukil beberapa ayat Al-Qur’an sebagai penguat pesan ke-Nabiannya. Misalnya, ketika Nabi saw menulis surat kepada Hercules, kaisar Bizantium, beliau menulis: “Bismillahi ar-rahman ar-rahim. Min Muhammad bin Abdillah ila Hurqul ‘adzim Ar-Rum salamun ‘ala man ittaba’a al-huda, amma ba’du…”

Di akhir surat, Nabi saw menukil surat Ali Imran ayat 64:
“…Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah.” Jika mereka berpaling, maka katakanlah kepada mereka: “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)” (Muhammad Khudlari Bek, Nur Al-Yaqin: 194).

Tiada ulasan:

Catat Ulasan