Isnin, 5 September 2011

Sebab-sebab Kehancuran Umat

Pembaca yang budiman! Lembaran kita kali ini akan membicarakan tentang sebab sebab mengapa Allah subhanahu wata’ala menghancurkan penduduk sebuah negeri dan bahkan sebuah umat. Mengapa mereka dihancurkan? Apakah Allah subhanahu wata’ala berbuat zhalim kepada mereka? Tidak sama sekali, bahkan itulah balasan kezhaliman yang mereka lakukan.
Allah subhanahu wata’ala befirman, artinya,
“Dan kami tidaklah menganiaya mereka, tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.” (QS. Huud:101)
Berikut ini di antara sebab-sebab mengapa sebuah negeri atau umat di hancurkan. Jika di suatu tempat telah tampak sebab-sebab ini maka artinya mereka sedang menunggu kebinasaan dan kehancuran dari Allah subhanahu wata’ala

1. Kezhaliman
Kezhaliman merupakan sebab paling dominan mengapa Allah subhanahu wata’ala menghancurkan sebuah negeri. Allah subhanahu wata’ala berfirman, artinya,
“Dan begitulah azab Rabbmu, apabila Dia mengazab penduduk negeri-negeri yang berbuat zalim. Sesungguhnya azab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras.” (QS Huud:102)
Amat banyak kezhaliman yang terjadi di suatu negeri atau kampung, kezhaliman kepada Allah subhanahu wata’ala, kezhaliman terhadap sesama manusia antara satu dengan yang lainnya. Berapa banyak kezhaliman yang terjadi di suatu negara, baik terhadap orang-orang kecil, para pegawai, buruh dan warga negara yang mereka semua tidak mampu untuk mendapatkan sebagian hak-haknya, apa lagi keseluruhan haknya. Dan di antara kezaliman yang sangat besar adalah kezhaliman terhadap orang-orang mukmin, muwahidin, kepada para da’i yang menyeru ke jalan Allah, kepada para wali Allah. Allah subhanahu wata’ala berfirman, artinya,
“Dan (penduduk) negeri itu telah Kami binasakan ketika mereka berbuat zalim, dan telah Kami tetapkan waktu tertentu bagi kebinasaan mereka.” (QS. al-Kahfi: 59)
2. Kemegahan Hidup Dan Nikmat Yang Melimpah
Di masa ini kita melihat banyak orang berpakaian mewah, tinggal di istana-istana dan gedung megah, naik kendaraan mewah, dengan perabotan rumah yang serba lux yang hampir-hampir tidak bisa dinalar. Padahal berapa banyak kemewahan yang menyeret manusia ke dalam dosa, maksiat dan kefasikan. Sampai-sampai orang menjadi lupa kepada agama Allah subhanahu wata’ala dan perintah-Nya, hanya lantaran tinggal di rumah mewah, naik kendaraan mewah. Tidak senang dan tidak mau menerima nasihat jika ada orang lain yang beramar ma’ruf nahi munkar.
Allah subhanahu wata’ala berfirman, artinya,
“Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (untuk mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadap nya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.” (QS. Al Israa’: 17)
3. Kufur Nikmat
Sebagian orang ada yang jika diberikan nikmat oleh Allah subhanahu wata’ala maka dia tidak mau bersyukur, Allah subhanahu wata’ala memberi nikmat namun dia melupakan hak-hak Allah subhanahu wata’ala yang ada dalam nikmat tersebut. Allah subhanahu wata’ala berfirman, artinya, “Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezkinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat.” (QS. An-Nahl:112)
Kelaparan dan ketakutan adalah dua hal yang selalu berdampingan, manusia jika kufur nikmat lalu Allah subhanahu wata’ala menimpakan kepada mereka kelaparan dan mereka tidak mau kembali kepada Allah subhanahu wata’ala maka Dia akan menimpakan ketakutan. Demikian juga jika mereka sudah ditimpa ketakutan, hilangnya rasa aman dan ketenangan namun tetap tidak mau kembali kepada Allah subhanahu wata’ala maka Dia timpakan kepada mereka kelaparan.
4. Banyak Orang Munafik
Salah satu sebab hancurnya umat adalah karena banyaknya orang munafik yang memegang urusan kaum muslimin. Orang munafik adalah orang yang menampak kan Islam namun memendam kekufuran, memerangi wali-wali Allah, para da’i di jalan Allah, para ulama dan orang-orang yang istiqamah menjalankan agama. Allah subhanahu wata’ala berfirman, artinya,
“Dan bila dikatakan kepada mereka, “Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi”. Mereka menjawab, “Sesungguh nya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan”. (QS. Al-Baqarah:11)
Mereka mengaku sedang melakukan perbaikan, sebagian dari mereka berkata sebagaimana yang dikatakan Fir’aun kepada pengikutnya, dalam firman Allah, artinya, “Biarkanlah aku membunuh Musa dan hendaklah ia memohon kepada Rabbnya, karena sesungguhnya aku khawatir ia akan menukar agama-agamamu atau menimbul kan kerusakan di muka bumi”. (QS Ghafir:26)
5. Berwala’ (Setia) Kepada Kaum Kufar
Memberikan wala’ (loyalitas) kepada orang kafir dan tidak bersikap setia kepada orang mukmin masih banyak terjadi di masyarakat. Mereka setia kepada musuh-musuh Allah dan bangga dapat membantu serta menolong mereka. Allah subhanahu wata’ala berfirman,
Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka pelindung bagi sebagian yang lain. Jika kamu (hai para muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu, niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar.” (QS. Al-Anfal: 173)
Maksudnya jika orang mukmin tidak berwala’ dengan orang mukmin, tidak berwala dengan penyeru penyeru kebaikan, tidak berwala’ dengan ahli ilmu dan ahli takwa, maka itu akan menyebabkan fitnah di muka bumi dan kerusakan yang besar.
6. Meninggalkan Amar Ma’ruf Dan Nahi Munkar
Sesungguhnya di antara sebab hancur nya umat adalah karena meninggalkan amar ma’ruf nahi munkar. Allah subhanahu wata’ala telah berfirman, artinya,
“Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zhalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.” (al-Anfal 25)
Hal ini sebagaimana digambarkan dalam hadits tentang safinah (perahu), yakni jika ada seseorang yang ingin mengambil air dengan cara melobangi perahu, lalu penumpang yang lain tidak mencegahnya, maka seluruh penumpang perahu akan tenggelam semua, bukan hanya orang yang melobangi perahu. Memang terkadang banyak alasan untuk meninggalkan amar ma’ruf nahi munkar. Misalnya, “nanti saya tidak punya penghasilan, saya khawatir keluarga dan rumah, saya malu untuk berbicara, ini urusan ulul amri (penguasa), ini dan itu.”
7. Menyebarnya Riba
Jika riba sudah merajalela di suatu negeri maka ketahuilah -wahai sekalian hamba Allah- itu hanya tinggal menunggu peperangan dari Allah subhanahu wata’ala. Adzab dari Allah subhanahu wata’ala mungkin berupa krisis, kelaparan , hutang, dikuasai musuh, bencana dan lain-lain. Allah subhanahu wata’ala berfirman, artinya,
“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba) maka ketahuilah bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangi mu.” (QS. al-Baqarah:278-279)
8. Penghacuran Masjid
Di antara sebab hancurnya sebuah negeri adalah jika masjid-masjid dirobohkan. Merobohkan masjid sebagaimana dikatakan Imam asy-Syaukani ada dua macam:
1. Takhribul hissi , yakni merobohkan masjid secara fisik.
2. Takhribul ma’nawi, yakni menelantarkan dari tujuan dibangunnya masjid, tidak ada kajian, ta’lim, muhadharah, digembok setiap saat, orang dilarang masuk dan lain-lain. Allah subhanahu wata’ala berfirman, artinya,
“Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang menghalang-halangi menyebut nama Allah dalam masjid-masjid-Nya, dan berusaha untuk merobohkannya? Mereka itu tidak sepatutnya masuk ke dalamnya (masjid Allah), kecuali dengan rasa takut (kepada Allah).” (QS. al-Baqarah: 114)
9. Meninggalkan Jihad
Bagaimana tidak, sebab meninggalkan jihad fi sabilillah artinya membiarkan kerusakan di muka bumi tanpa mau mencegahnya, tidak mau menolong agama Allah subhanahu wata’ala dan al-Haq. Maka jelas sekali jika tidak ada jihad, kerusakan dan keburukan akan terus bercokol. Lihatlah bagaimana akibat meninggalkan jihad, sebagaimana dalam sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, “Jika kalian asyik berjual beli dengan ‘inah (satu jenis riba), mengikuti ekor-ekor sapi (bertani dan beternak) lalu meninggalkan jihad fi sabilillah maka Allah akan menguasakan kepadamu kehinaan yang tidak akan dicabut sampai kalian kembali kepada agama kalian.” (HR. Abu Dawud)
10. Menyebarnya Kekejian
Bentuk-bentuk perbuatan keji amatlah banyak, di antara yang disebutkan dalam hadits adalah khabats (perzinaan), dan ini yang sangat mengkhawatirkan, juga minuman keras, alat-alat musik dan kemungkaran-kemungkaran lainnya. Dalam sebuah hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah meyebutkan beberapa kemungkaran beserta akibatnya, di antaranya adalah:
1. Tidaklah tersebar perzianaan kecuali Allah akan menurunkan tha’un dan penyakit aneh yang tidak pernah ada di masa lalu.
2. Tidaklah manusia mengurangi timbangan dan takaran (termasuk riba, menipu dalam jual beli dll) kecuali Allah akan menimpakan paceklik (kelaparan) kekurangan makanan pokok dan penguasa yang buruk (zhalim).
3. Tidaklan manusia menahan zakatnya kecuali Allah akan menahan turunnya air hujan dari langit, kalau bukan karena binatang ternak maka Allah tidak akan menurunkannya.
4. Tidaklah mereka merusak janji dengan Allah dan Rasul kecuali Allah akan menguasakan mereka kepada musuh. (Kholif Abu Ahmad)
Sumber : www.as-sofwah.or.id dari Sumber asal : Naskah Khutbah Jum’at “Asbab Hilak al-Umam”, Syaikh Nabil al-’Awadhi.

Khutbah Aidil Fitri 1432 : Islamlah Nescaya Kita Selamat

KHUTBAH PERTAMA

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ
اللهُ أَكْبَرُ

اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا و الحَمْدُ ِللهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلا . الحَمْدُ ِللهِ الَّذِى وَفَّقَنَا لِعِبَادَتِهِ . وَجَعَلَ هذَا اليَوْمَ فَرْحًا لِعِبَادِهِ الُمتَّقِيْنَ الَّذِيْنَ فَازُوْا بِصِيَامِ رَمَضَانَ وَقِيَامِهِ .وَأَشْهَدُ أَنْ لاإِلهَ إِلا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ .
أَمَّا بَعْدُ…. فَيَا أَيُّهَا المُسْلِمُوْنَ اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاتمَوُتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Firman Allah dalam ayat 7 dan 10 surah as-Syamsi :

وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا ﴿٧﴾ فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا ﴿٨﴾ قَدْ أَفْلَحَ مَن زَكَّاهَا ﴿٩﴾ وَقَدْ خَابَ مَن دَسَّاهَا

Maksudnya : Demi diri manusia dan Yang menyempurnakan kejadiannya (dengan kelengkapan yang sesuai dengan keadaannya); Serta mengilhamkannya (untuk mengenal) jalan yang membawanya kepada kejahatan, dan yang membawanya kepada bertaqwa; Sesungguhnya berjayalah orang yang menjadikan dirinya – yang sedia bersih – bertambah-tambah bersih (dengan iman dan amal kebajikan), Dan sesungguhnya hampalah orang yang menjadikan dirinya – yang sedia bersih – itu susut dan terbenam kebersihannya (dengan sebab kekotoran maksiat).

Muslimin dan muslimat yang dirahmati Allah,

Selamat hari raya Aidilfitri diucapkan kepada seluruh kaum muslimin dan muslimat. Kita baru sahaja melalui tarbiah Ramadhan yang merupakan suatu proses dalam melahirkan hamba Allah yang bertaqwa. Antara ciri hamba Allah yang bertaqwa sebagaimana yang disebut oleh Ibnu Mas’ud ialah sentiasa mentaati Allah dan tidak mengengkari perintahNya termasuk ketika menyambut hari raya.

Tanda taat marilah kita penuhi hari raya kita dengan amal ibadat disamping menjauhi larangan Allah seperti membuka aurat, pergaulan bebas antara lelaki dan perempuan, hiburan melampau dan sebagainya. Ciri hamba Allah yang taqwa juga sentiasa mengingati Allah dan tidak melupaiNya.

Buktikan diri kita sebagai hamba Allah bukannya hamba Ramadhan iaitu jangan pada bulan Ramadhan sahaja kita melawan hawa nafsu sedangkan bila menyambut hari raya maka kita menjadi hamba kepada nafsu yang menyuruh kepada kejahatan.

Ciri hamba Allah yang bertaqwa seterusnya ialah sentiasa bersyukur kepada Allah dan tidak mengkufuri nikmatNya. Tidakkah kita berasa malu menyambut hari raya dengan amalan maksiat sedangkan hari raya adalah anugerah Allah. Ia umpama kita menyertai majlis jemputan orang tetapi melakukan perkara yang tidak disukai oleh tuan rumah.

Sempena menyambut hari raya juga marilah kita sama-sama berdoa agar dapat meraih tawaran Allah yang dijanjikan sepanjang Ramadhan baru lalu iaitu rahmat, keampunan dosa dan dijauhkan daripada azab neraka.

Kita tidak mahu termasuk dalam golongan yang jauh daripada rahmat Allah sebagaimana yang diberitahu oleh nabi Muhammad s.a.w iaitu golongan yang keluar daripada Ramadhan dalam keadaan dosanya belum lagi diampuni oleh Allah. Ingatlah bahawa kita bukan mahu menyambut hari raya di dunia sahaja sebaliknya apa yang lebih kita idamkan ialah menyambut hari raya dalam Syurga Allah di akhirat nanti.

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ

Renungilah suatu hadis yang diriwayatkan oleh imam Bukhari dan Muslim :

قال الرسول : مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِى رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِى أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ

Maksudnya : Sesiapa yang mahu diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya maka
hendaklah dia menghubungkan silaturrahim Gema takbir membesarkan Allah dan tahmid memuji Allah yang berkumandang setiap kali tibanya hari raya mestilah meresap ke dalam hati sanubari bukan setakat disebut di mulut sahaja.

Pastikan laungan hari raya itu dijadikan ikrar taat setia kepada Allah dalam setiap tindak tanduk kita termasuk menyambut hari raya yang merupakan hari gembira. Nikmat hari raya ini mesti digunakan untuk merapatkan lagi hubungan kekeluargaan dan silaturrahim sesama kita.

Hubungan ini semakin renggang walau pun kemudahan perhubungan dan system maklumat semakin canggih. Masing-masing sibuk dengan urusan masing-masing sehingga suasana kasih sayang terabai dan memberi kesan bukan sahaja dalam keluarga malah melarat kepada masyarakat sekitar.

Kes perceraian yang semakin meningkat ketika masyarakat semakin terpelajar disebabkan suami atau isteri gagal menjalankan tanggungjawab rumahtangga, harapan untuk hidup mewah tidak tercapai, akhlak pasangan yang tidak baik, mengutamakan kawan lebih daripada pasangan disamping campur tangan pihak ketiga sebagai penghasut termasuk ahli keluarga terdekat dan faktor lain.

Begitu juga penderaan terhadap anak-anak ditambah dengan masalah penderhakaan terhadap kedua ibubapa yangsemakin menjadi-jadi. Oleh itu jadikanlah hari raya di dalam menyuburkan kembali kasih sayang supaya kita tidak termasuk dalam golongan yang memutuskan silaturrahim apatah lagi menjadi golongan yang dijauhkan daripada rahmat Allah sebagaimana yang pernah diperingatkan oleh nabi Muhammad s.a.w iaitu anak yang sempat hidup bersama kedua ibubapa atau salah seorang daripada keduanya namun tidak berusaha berbuat baik kepada ibubapa dengan pelbagai alasan.

Betapa ramai ibubapa yang sanggup mati demi memastikan anaknya terus hidup sedangkan betapa ramai anak yang menginginkan ibubapanya lekas mati supaya tidak lagi menjadi bebanan hidupnya. Ingatlah Islam meletakkan ibubapa di tempat yang mulia.

Keredhaan Allah terletak kepada keredhaan ibubapa, kemurkaan Allah terletak kepada kemurkaan ibubapa. Sekiranya ibubapa kita telah meninggal dunia jangan lupa untuk kita doakan kesejahteraan meraka ketika berada di alam barzakh dan akhirat nanti. Jangan hanya tahu makan harta pusaka jerih penat lelah ibubapa sedangkan sepotong doakan pun susah dipanjatkan ke hadrat Allah buat mereka. Laksanakanlah perintah Allah sebagaimana tersebut dalam ayat 24 surah al-Isra’ :

وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُل رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا

Maksdunya : Dan hendaklah engkau merendah diri kepada keduanya kerana belas kasihan dan kasih sayangmu, dan doakanlah (untuk mereka, dengan berkata): “Wahai Tuhanku! Cucurilah rahmat kepada mereka berdua sebagaimana mereka telah mencurahkan kasih sayangnya memelihara dan mendidikku semasa kecil.”

Muslimin dan muslimat yang dihormati sekalian,

Tarbiah Ramadhan yang bukan sahaja menahan perut daripada lapar dahaga malah daripada sumber haram disamping mengawal seluruh pancaindera iaitu tangan, kaki, mata, telinga, lidah, kemaluan termasuk hati daripada melakukan maksiat kepada Allah di mana tarbiah ini sekiranya dihayati betul-betul dalam kehidupan sudah pasti lahir lebih ramai pemimpin sebaik Sayyidina Abu Bakar yang sentiasa mengeluh bimbang sekiranya masih ada walau pun seekor kambing yang tersepit di hujung negara akibat beliau tidak empat membantunya.

Pasti lahir pemimpin sehebat Sayyidina Umar al-Khottab yang pernah mengungkap sekiranya rakyat lapar maka aku ingin menjadi orang pertama yang merasai lapar itu dan sekiranya rakyat telah kenyang biarlah aku orang terakhir yang merasainya. Semakin ramai lahir pemimpin seadil Umar bin Abdul Aziz yang sentiasa menekankan sekiranya pemimpin hidup dalam kemewahan maka rakyat terus menderita dalam kemiskinan sebaliknya sekiranya pemimpin sanggup membuang segala kekayaan maka rakyat pasti merasai nikmat kekayaan.

Kita tidak mahu terus mendengar seruan agar rakyat berjimat cermat termasuk arahan terbaru agar suhu alat pendingin udara di semua bangunan kerajaan akan ditetapkan tidak urang daripada 24 darjah Celsius sedangkan kediaman rasmi 2 pemimpin utama Negara mencecah RM10.2 juta bagi bil elektrik dan RM1.9 juta untuk bil air untuk 5 tahun iaitu dari tahun 2006 hingga 2010 di mana jika jumlah itu dibahagikan mengikut bulan, kerajaan membelanjakan RM160,000 untuk bil elektrik dan RM33,000 untuk bil air sebulan.

Betapa tingginya kos wang negara dihabiskan begitu sahaja ketika rakyat dibebankan dengan kenaikan harga barang dan tariff elektrik. Itu belum dikira lagi dengan projek mega untuk menunjuk-nunjuk bukan untuk kepentingan awam disamping pecah amanah dan rasuah yang melibatkan berbilion-bilion harta rakyat.

Akhirnya yang papa makin papa, yang kaya makin kaya. Kita jangan menjadi orang yang menyebabkan semakin jelas timbulnya tanda qiamat antaranya tidak mengambil berat tentang pemilihan pemimpin sebagaimana amaran nabi Muhammad s.a.w dalam suatu hadis yang diriwayatkan oleh imam Bukhari :

فَإِذَا ضُيِّعَتِ الأَمَانَة فَانْتَظِرِ السَّاعَة قَالَ كَيْفَ إِضَاعَتُهَا قَالَ إِذَا وُسِّدَ الْأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ

Maksudnya: Maka apabila telah jelas penyelewengan terhadap amanah maka tunggulah kebinasaan. Tanya sahabat : Bagaimanakah berlakunya penyelewengan. Sabdanya : Apabila diserahkan urusan memikul amanah kepada bukan orang yang berkelayakan maka tunggulah saat kehancuran

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَلِلهِ الحَمْدُ

Firman Allah dalam ayat 32 surah Faatir :

ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا ۖ فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِّنَفْسِهِ وَمِنْهُم مُّقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ
سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللَّـهِ ۚ ذَٰلِكَ هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيرُ

Maksudnya: Kemudian kitab itu kami wariskan kepada orang-orang yang kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri sendiri, ada yang bersederhana dan ada yang berlumba-lumba berbuat kebaikan dengan izin Allah, yang demikian itu adalah kurniaan yang amat besar

Berlalunya Ramadhan bukan bererti berpisahnya kita daripada hidup bersama al-Quran bukan sahaja dari sudut pembacaan malah meliputi pemahaman seterusnya pelaksanaan system al-Quran dalam setiap aspek kehidupan termasuk ibadat khusus, ekonomi, politik, sosial dan sebagainya.
Ayat 32 surah Faatir contohnya menggambarkan 3 kelompok manusia yang berbeza pendirian terhadap al-Quran iaitu :

[1] Golongan yang menganiayai diri sendiri iaitu golongan yang kesalahan dosa mereka lebih banyak daripada pahala kebaikan. Sebabnya, mereka tidak membaca al-Quran, memahami apatah lagi beramal dengan perintah Allah di dalamnya. Akibat jahil tentang agama sendiri maka mereka mudah terikut dengan cara hidup barat yang negatif termasuk masalah lelaki berpakaian dan bersikap seperti perempuan yang dinamakan pondan atau perempuan berpakaian dan berperangai seperti lelaki yang dinamakan tomboy semakin bertambah.

Kadang-kadang sikap masyarakat yang suka menggunakan khidmat pondan dalam menghias pengantin perempuan sedangkan ia adalah haram menyebabkan penyakit ini semakin merebak. Apa yang lebih teruk bila masalah penukaran jantina melalui pembedahan alat kelamin sudah berleluasa sehingga ada tuntutan mahkamah untuk mengiktiraf penukaran jantina di kalangan umat Islam sendiri. Ingatlah amaran nabi s.a.w melalui suatu hadis yang diriwayatkan oleh imam Bukhari daripada Ibnu Abbas katanya

لَعَنَ النَّبِيُّ الْمُخَنَّثِينَ مِنْ الرِّجَالِ وَالْمُتَرَجِّلَاتِ مِنْ النِّسَاءِ

Maksudnya: Nabi telah melaknat para pondan dari kalangan lelaki dan para perempuan yang menyerupai lelaki iaitu dari segi pemakaian dan tutur kata

[2] Golongan yang bersederhana iaitu golongan di mana kesalahan dosa mereka sama banyak dengan pahala. Mereka adalah golongan yang membaca al-Quran tetapi belum bersedia melaksanakan isi kandungannya yang terdiri daripada hukum hakam Allah. Ingatlah kita kepada suatu amaran nabi yang bermaksud :

Akan zahir di kalangan umatku di akhir zaman, orang yang membaca al-Quran tetapi al-Quran hanya sampai ke halkumnya sahaja tetapi tidak sampai ke dalam hati

[3] Golongan yang berlumba-lumba berbuat kebaikan. Mereka amat banyak melakukan kebaikan dan jarang membuat kesalahan. Mereka adalah golongan yang bersedia melaksanakan hukum al-Quran dalam kehidupan seharian. Inilah golongan yang mendapat kejayaan di dunia dan akhirat
Muslimin dan muslimat yang diberkati Allah,

Firman Allah dalam ayat 64 surah Ali ‘Imran:

قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَىٰ كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلَّا نَعْبُدَ إِلَّا اللَّـهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِّن دُونِ اللَّـهِ ۚ فَإِن تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ

Maksudnya : Katakanlah (wahai Muhammad): “Wahai Ahli Kitab, marilah kepada satu Kalimah yang bersamaan antara kami dengan kamu, iaitu kita semua tidak menyembah melainkan Allah, dan kita tidak sekutukan denganNya sesuatu jua pun; dan jangan pula sebahagian dari kita mengambil akan sebahagian yang lain untuk dijadikan orang-orang yang dipuja dan didewa-dewakan selain dari Allah”. Kemudian jika mereka (Ahli Kitab itu) berpaling (enggan menerimanya) maka katakanlah kepada mereka: “Saksikanlah kamu bahawa sesungguhnya kami adalah orang-orang Islam”

Kita menyambut hari raya tahun ini dalam suasana sambutan kemerdekaan negara kali ke-54 namun hubungan antara kaum dan agama bagaikan terus dilanda masalah besar terutama isu kaum dan agama dijadikan modal politik demi kepentingan diri bukannya mahu diselesaikan sebagaimana yang diajar oleh Islam. Api perkauman dan perbalahan agama dihangat melalui tv, radio, akhbar, internet agar rakyat menjadi risau dan mencari jalan singkat untuk terus mengekalkan kezaliman pemimpin.

Masalah murtad yang kembali hangat dibicara tahun ini bermula dengan jawapan menteri dalam parlimen bahawa Mahkamah Syariah menerima 863 kes permohonan untuk menukar status agama Islam dari tahun 2000 hingga 2010 di mana 168 diluluskan walau pun selepas itu pelbagai alasan diberikan samada yang diluluskan bukan murtad tetapi disahkan tidak Islam sejak awal lagi dan alasan kesilapan nama seperti nama orang Islam sehingga ditulis beragama Islam tetapi apabila dirujuk semula maka ditukar status kepada bukan Islam.

Adanya umat Islam yang terpaksa menerima bantuan gereja dan kuil atas alasan payah mendapat bantuan kebajikan dan zakat di mana ia dibimbangi dimurtadkan dengan cara halus. Begitu juga dakwaan ada guru tuisyen mengajar muridnya beragama Islam menyanyikan lagu memuji kebesaran Nabi Isa.

Sebuah pusat tuisyen dan sekolah yang telah mengajar murid-murid Islam Tahun 1 tentang perkara-perkara yang membabitkan agama Kristian. Dilaporkan juga, murid yang belajar secara percuma daripada sekumpulan pemuda-pemudi bukan berbangsa Melayu di kawasan itu, telah diajar menyanyikan lagu memuji Nabi Isa sambil menunjukkan isyarat tangan simbol salib.

Selain itu, murid-murid itu juga dikatakan, mampu bercerita kisah Nabi Isa, termasuk Nabi Isa disalib dan diterapkan ajaran Kristian secara halus ketika belajar. Berita-berita ini semua wajib diberi perhatian dengan beberapa tindakan segera iaitu

[1] undang-undang murtad wajib digubal segera dan penguatkuasaan undang-undang menyekat orang bukan Islam daripada memurtadkan umat Islam

[2] apa yang lebih penting ialah ilmu agar umat Islam bukan sahaja tidak mudah diperdaya malah mampu memberi penjelasan Islam terhadap bukan Islam

[3] dari segi kebajikan umat Islam mesti diambil tahu oleh semua pihak terutama pemimpin agar mereka tidak menagih simpati daripada bukan Islam

[4] Pemerkasaan dakwah Islam kerana kita sepatutnya berasa malu dengan keadaan perkembangan Islam di Eropah di mana mengikut suatu kajian dalam setiap 4 warga barat seorang daripadanya adalah Muslim dan peneliti Barat menganggarkan dalam 50 tahun ke hadapan Eropah akan menjadi salah satu pusat utama perkembangan Islam. Paderi melahirkan kebimbangan apabila gereja seluruh dunia semakin lengang dan banyak yang bertukar menjadi masjid.

[5] Perlu diperbanyakkan lagi dialog antara ulama’ Islam dengan orang bukan Islam agar api perbalahan antara agama dapat diredakan. Isu agama mesti diselesaikan cara agama bukan melalui hawa nafsu kerana ia boleh membawa kerugian dan kerosakan. Perundangan, ilmu dan dakwah mesti bergerak selari agar dakwah Islam kembali berkembang pesat dan permusuhan terhadap Islam dapat ditangani dengan penuh bijaksana.

Kita tahu bahawa yahudi dan Kristian sentiasa memusuhi kita tetapi dengan kebijaksanaan kita berdepan dengan jarum dan senjata mereka sepastinya akan terserlah bahawa Islam itu agama yang tertinggi tiada agama dan sistem lain yang dapat menandingi Islam. Islamlah nescaya kita selamat dunia akhirat.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ
وَاسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الُمْسِلِمْينَ وَالمُسْلِمَاتِ وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ فَيَا فَوْزَ المُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَا نَجَاةَ التَّائِبِيْنَ

sumber : www.ekhutbah.wordpress.com
http://www.jheains.sabah.gov.my/downloads/hari-raya-haji/Pruf%20KHUTBAH%20AIDILADHA%201430H.doc